Kamis, 11 Juli 2013

Warga Berpatisipasi, Jembatan Pun Berdiri


Berawal dari musibah banjir bandang pada pertengahan 2007, yang menyebabkan aliran Sungai Sindang Barang meluap. Derasnya air sungai itu mampu merobohkan tiga rumah dan menghancurkan dua jembatan, termasuk jembatan Kampung Duren. Kondisi jembatan Kampung Duren waktu itu ambrol di bagian pilar utama dan lantai, akibat terkena hantaman rumah yang hanyut terbawa arus sungai.

Untuk mengatasinya, masyarakat berupaya bergotong-royong mendongkrak pilar lantai jembatan tersebut dengan tracker, yang diperbantukan dari Dinas PU setempat. Maksudnya adalah agar jembatan kembali ke posisi semula, kemudian melapis ulang lantai jembatan dengan cor beton. Namun, masyarakat menyadari, upaya ini masih mengundang resiko ambruk dan hanya mampu sebagai jalan pintas semata, karena kebutuhan jembatan di Kampung Duren itu memang sangat diperlukan.

Mat Holik, warga Kampung Duren, yang memiliki rumah dekat dengan jembatan dan hampir setiap hari menggunakan jembatan tersebut berpendapat, harus ada upaya untuk membangun jembatan baru. “Dikuatirkan, jembatan itu sewaktu-waktu bisa ambruk lagi. Karena, setiap kali orang melintas di atas jembatan, atau ketika berpapasan dengan kendaraan roda dua, lantai jembatan terasa bergetar cukup keras,” jelas dia. Belum lagi adanya lubang besar sedalam tiga meter—akibat gerusan aliran sungai—di sisi kiri dan kanan tiang penyangga jembatan, semakin menguatkan kekuatiran masyarakat. 

Hadirnya PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Ciomas dinilai sangat membantu masyarakat, termasuk dalam hal memperbaiki jembatan tersebut. “Lebih penting lagi, masyarakat khususnya warga Kampung Duren RW 06, merasa perlu ikut berpartisipasi dan terlibat, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaan jembatan. Ini merupakan proses pembelajaran yang sangat berharga,” tutur Kades Ciomas H. Djaja Gozali. Menurutnya, dengan dampingan intensif dari Fasilitator Tim-3 Kabupaten Bogor, akhirnya tumbuh kesadaran masyarakat, yaitu kerja keras dan partisipasi ternyata warga bisa membangun sebuah jembatan beton sekelas jembatan tol.

“Jembatan ini merupakan sarana penting sebagai akses penghubung. Tidak hanya antarRW saja, melainkan hampir seluruh warga Desa Ciomas yang menggunakan jembatan ini sebagai akses penunjang aktivitas sehari-hari. Bayangkan saja, tanpa jembatan ini, warga yang mau melintas dari RW 06 menuju jalan besar, harus merogoh kocek lima ribu sampai enam ribu rupiah untuk naik ojek. Dengan dibangunnya jembatan, warga cukup jalan kaki. Kalaupun naik ojek, tarifnya paling mahal hanya dua ribu rupiah saja,” ujar Djaja. 
Pada kesempatan berbeda, Koordinator BKM Paguyuban Desa Ciomas E Herdian Sm.Hk. mengatakan, bentuk swadaya warga dalam pembangunan jembatan ini tidak hanya dalam bentuk tenaga kerja. Beberapa warga, termasuk Kades Ciomas, menyumbang 25 unit bronjong, 10 batang besi ulir d-16 (untuk pondasi pilar jembatan), yang jika dinominalkan mencapai Rp 3juta. Bahkan, ada warga yang meminjamkan mesin pompa air selama seminggu yang dipergunakan selama menggali pondasi dan pilar jembatan. Ini karena saat penggalian pondasi tiang pilar jembatan, air tak kunjung surut.

“Selain itu, banyak warga terutama ibu-ibu, bergotong-royong memasak dan menyediakan makan bagi pekerja. Sedangkan pada Sabtu dan Minggu, tak kurang dari seratus lima puluh nasi bungkus sudah disediakan oleh ibu-ibu sebagai bentuk partisipasi dan kepedulian terhadap pembangunan desanya,” tutur Herdian.

Faskel Teknik Tim-3 Dede Tedi menambahkan, pembangunan jembatan ini memang sangat spesifik. Pengerjaannya dilakukan setiap hari oleh sekitar 10 orang pekerja inti dan 15 warga, meski sebagian hanya bisa menyempatkan ikut sepulang kerja atau kegiatan lain. Untuk pengecoran lantai jembatan, sekitar 100 orang bekerja bahu-membahu dan berhasil merampungkannya dalam tempo enam jam, pada Kamis (18/6/2009), dengan bantuan molen dan vibrator.

Meski ada kendala alam, kerja keras masyarakat dan KSM yang tanpa kenal lelah, mulai dari perencanaan proposal hingga proses membongkar jembatan lama dan membangun dengan yang baru, akhirnya warga RW 06 Kampung Duren dapat mewujudkan impiannya. Yaitu, jembatan beton sepanjang 12 meter dan lebar 1,5 meter, yang melintang di atas Sungai Sindang Barang. Tiang penyangga utama jembatan di kedua sisi setinggi 4 meter dari permukaan air dan ditanam 1 meter di bawah permukaan air. Ditambah lantai jembatan yang ditopang pilar penyangga setebal 0.75 meter dan dibuat dengan sistem cor tulangan langsung setebal 0,25 meter. Metode konstruksi pembangunan jembatan ini hampir sama dengan metode konstruksi pembangunan jembatan tol. “Ya, semacam Suramadu mini lah,” ujar Dede, sedikit berkelakar.

Alokasi dana fisik yang terserap untuk pembangunan jembatan ini mencapai total Rp 75juta, terdiri atas Rp 30juta dari BLM PNPM dan Rp 45juta swadaya masyarakat. Ini membuktikan tingginya tingkat partisipasi masyarakat untuk menyelesaikan pembangunan jembatan, termasuk upaya kerasa mereka menggalang dana dan channeling dengan pihak ketiga.

Berkat keberhasilan dalam pembangunan jembatan dan upaya menggalang swadaya masyarakat, perwakilan KSM Kampung Duren pernah diminta oleh KMP sebagai narasumber dalam acara talkshow di Acara Pelatihan Nasional OC (Oversight Consultant) KMW se-Indonesia di Bekasi, pada 30 Juli 2009. Tak hanya itu, KSM juga sempat beberapa kali diliput oleh media, seperti Megaswara TV dan koran Radar Bogor, serta diikutkan dalam lomba desa sampai tingkat kabupaten.  (Tim-3 Kabupaten Bogor, KMW Provinsi Jawa Barat, PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)

http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=2720&catid=3& 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar