Selasa, 05 November 2013

The Defenders


There’s a lot of people here, but just a few of them that care to each other!
(Begitu banyak orang di sini, tapi hanya beberapa yang benar-benar peduli dengan sesama.)

Desa Lemah Duhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk sangat besar. Yaitu sekira 11.676 orang, dengan 6.686 di antaranya—atau lebih dari setengahnya—adalah warga miskin. Sungguh miris. Kondisi memilukan tersebut tampaknya berbanding lurus dengan segregasi sosial masyarakatnya. Masyarakat di desa ini terbagi ke dalam strata kawasan sosial yang begitu nyata. Ada kawasan yang padat penduduk, ada kawasan yang kumuh, dan ada juga kawasan elit. Malangnya, segmentasi di masyarakat tersebut tidak diimbangi dengan kepedulian di antara mereka. Dalam artian, si kaya seolah berpangku tangan terhadap nasib si miskin, sedangkan si miskin seolah tak berdaya menghadapi kemiskinannya.

Sudah banyak program pemerintah yang diturunkan untuk menanggulangi kemiskinan di desa ini, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras Miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), dan lain-lain. Namun semuanya seolah tidak berpengaruh banyak. Hal tersebut dikarenakan program-program ini hanya berorientasi pada penanggulangan kemiskinan sementara, dan hanya menyentuh di permukaannya saja, tidak pada akarnya.

It’s So Complicated 
Menurut hasil kajian refleksi kemiskinan, permasalahan kemiskinan di Desa Lemah Duhur merupakan buah dari kesemrawutan sistem yang ada. Permasalahannya merata hampir di seluruh dimensi kehidupan masyarakat. Warga miskin di desa ini dihadapkan pada kenyataan sulitnya mendapat pekerjaan, sedangkan tingkat kualitas SDM mereka sendiri rendah, tidak sedikit yang masih buta aksara.

Lingkungan permukiman pun sangat jauh dari kata layak, tidak sulit untuk menemukan kawasan kumuh dan miskin di sini. Masih ada rumah-rumah yang terbuat dari kayu usang. Jalan permukiman masih berupa jalan setapak. Jembatan masih banyak yang berupa batang-batang kayu, disatukan dengan beberapa buah paku. Sedangkan untuk sarana Mandi – Cuci – Kakus (MCK), masih ada saja warga yang menggunakan mata air, yang hanya tertutup terpal atau kain spanduk bekas. Sungguh rumit bila harus dibenahi secara bersamaan. Jalan terbaik untuk menanggulanginya adalah dengan mencari akar penyebabnya.

Berdasarkan hasil kajian yang partisipatif, diketahui bahwa akar permasalahan utama kemiskinan di Desa Lemah Duhur adalah lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan di antara mereka. Seperti yang dikemukakan di atas, masyarakat terbagi dalam segmentasi yang tidak saling bersinggungan. Dan hal tersebutlah yang menjadikan program penanggulangan kemiskinan sebelumnya bersifat parsial dan tidak begitu efektif.

The Defenders! 
Di antara kesemrawutan sistem, masih tampak secercah asa untuk mengubah ketimpangan yang ada. Asa ini dimiliki oleh sekelompok relawan Penanggulangan Kemiskinan (Nangkis) yang tergabung dalam Paguyuban BKM Lemah Duhur Makmur. Paguyuban ini merupakan suatu kumpulan relawan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap nasib warga miskin. Berasal dari berbagai latar belakang sosial, pendidikan, dan status yang berbeda. Paguyuban ini saling bahu-membahu menanggulangi kemiskinan, tanpa mengharap imbalan materi sedikitpun.

Dalam sepak terjangnya sehari-hari, BKM Lemah Duhur Makmur ini dimanajeri oleh seorang sekretaris: pemuda berusia 26 tahun bernama Daenur Rahman. Pemuda yang menjabat sebagai Sekretaris BKM sejak 2011 ini adalah seorang tenaga pengajar honorer di salah satu sekolah negeri di Desa Lemah Duhur. Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang guru, Daeng, begitu ia biasa disapa, senantiasa meluangkan waktunya untuk melakukan sesuatu yang bernilai bagi masyarakat. Terdengar klise, tapi memang begitulah orangnya.

Menjalani tugas sebagai seorang relawan Nangkis, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak sekali rintangan yang ia hadapi. Mulai dari susahnya mengubah karakteristik masyarakat miskin yang cenderung pasrah pada nasib, cemoohan dari para pemangku kepentingan yang tidak sepemahaman, hingga buntunya jalan untuk menggugah kepedulian dari si kaya pada si miskin. Namun, itu semua tak ia pedulikan, meski sempat menghadapi kebuntuan. Ia tetap merasa optimis, bahwa apa yang dia kerjakan, suatu saat nanti akan membuahkan hasil yang baik.

Banyak ide-ide cemerlang yang ia miliki untuk memajukan masyarakat. Semangat juangnya membakar kebekuan di tengah anggota BKM. Ketajaman pemikirannya menjadi tolok-ukur bagi para anggota BKM dalam menentukan kebijakan. Kesigapannya dalam bertindakpun tak perlu disangsikan lagi. Tak heran, ia menjadi motor penggerak bagi seluruh kegiatan BKM.

For a Brighter Future. For You, For Me, For Us.
Berbicara tentang pengorbanannya terhadap kemajuan lembaga dan program, tak ada yang bisa diperdebatkan. Ia tak segan-segan untuk mengorbankan waktu. Tenaga dan pikiran hanya untuk melayani masyarakat miskin yang sangat ia pedulikan. Segala aral-rintang yang menghadang dijadikan sebagai sarana belajar untuk menambah kapasitas diri dan lembaga. Semua itu ia lakukan dengan hati yang ikhlas, tulus tanpa syarat. Berharap benih kebaikan yang ia semai dihari ini, dihari esok akan menjadi pohon keberkahan yang bisa memberi naungan teduh, tidak hanya baginya pribadi, tapi bagi masyarakat secara umum.

the defenders